Final Fantasy X - Chapter I (Can't Promise)
Aku berjalan keluar dari taksi terbang yang kunaiki. spontan semua orang melihatku dan berteriak
"itu Kiki, kyaaaaaaaa" teriak seorang cewek yang langsung pingsan ketika aku mendekat mereka.
"wah. aku tak menduga mereka akan menyambutku dengan semeriah ini" gumamku dalam hati
"itu Kiki, kyaaaaaaaa" teriak seorang cewek yang langsung pingsan ketika aku mendekat mereka.
"wah. aku tak menduga mereka akan menyambutku dengan semeriah ini" gumamku dalam hati
Ya, ini lah aku, aku adalah seorang pemain bintang olahraga blitzball di Zanarkand dan aku bermain sebagai kapten dalam timku. Blitzball adalah olah raga yang mirip sepak bola, namun dimainkan di dalam bola air raksasa. dan malam ini kita bertanding melawan penantang dari luar zanarkand, oh iya, zanarkand adalah kota dimana aku tinggal dimana kota ini tak pernah tidur, ditambah lagi dengan peralatan-peralatan canggih dan serba modern. gedung-gedung yang menjulang tinggi semakin membuat kota ini menjadi sangat modern.
Blitzball mirip dengan sepak bola, bedanya para pemain blitzball diperbolehkan memegang bola, cukup mirip dengan basket
Sebelum bermain, pemain harus menggunakan sebuah penutup hidung yang membuat para pemain blitzball dapat bernapas di dalam air. Cara kerjanya penutup hidung ini cukup mudah, penutup hidung ini mengambil oksigen yang ada dalam air sehingga para pemainnya dapat menghirupnya.
Ngomong-ngomong aku sudah sangat ditunggu oleh timku di stadium, jadi aku harus segera menyusul mereka. namun sepertinya aku akan lambat karena para fansku yang tak memberiku jalan, dan tak ada jalan lain selain melayani mereka
"Kiki, minta tanda tangannya dong!" pinta seorang cewek sambil menyodorkan bola blitzball
akupun memberikannya sebuah tanda tangan besar-besar di bola itu dan sesuai dugaanku, ia pun kembali berteriak kegirangan dengan berkata "aku dapat. AKU DAPAT!" kemudian dia pingsan.
Kemudian akupun melirik kearah dua cewek yang juga memegang bola blitzball. Kudekati mereka dan menyapanya.
"Hai, manis" rayuku sambil melirikan mata
merekapun tersipu, sambil pelan-pelan menyodorkan bola blitzballnya dan langsung saja ku tanda tangani.
"Ini seperti mimpi jadi kenyataan" bisiknya kepada temannya yang kelihatannya tidak mendengar temannya berbisik.
Seorang anak kecil datang mendekat sambil menyodorkan bola blitzball.
"Ki..Kiki, maukah engkau mengajariku jurus tendangan legendarismu?" pinta anak kecil itu
"tentu saja.... aku akan mengajarimu selesai pertandingan ini" kataku sambil mengacungkan jempol dan senyum menawanku.
"Be..benarkah? janji ya" kata anak itu dengan mata berbinar-binar
"yup, jan-" kataku terhenti ketika seorang anak berjubah yang memotong pembicaraanku.
"kau takkan bisa menepati janjimu" katanya dengan tegas.
"Ka..kalo gitu aku akan menepatinya besok" ucapku sambil terbata-bata.
Aku sempat kaget dengan kehadiran anak berjubah itu, aku tak melihat arah dia datang dan aku merasa bulu kudukku merinding.
Ya udah lah, sekarang aku sudah dapat melanjutkan perjalananku menuju stadium blitzball.
Sementara itu, seorang lelaki tegap dengan pakaian berwarna merah ala samurai berdiri di puncak gedung yang menjulang. Tak berapa lama kemudian ia tersenyum dan memandang ke arah laut sambil menyodorkan kendi tempat airnya sambil bergumam tidak jelas. tak berapa kemudian air laut naik.
Beberapa lama kemudian di ruang tunggu....
Aku masih duduk dan berdiam diri di kursi tunggu ku, sambil merapatkan penutp hidungku, akupun langsung meloncat salto dan masuk kedalam bola air raksasa. selang beberapa waktu kemudian, pertandinganpun dimulai. dengan sekali loncatan, aku langsung merebut bola dan langsung menggiringnya menuju gawang lawan, beberapa pemain lawan mencoba menghalangi namun di dengan kerja sama dan saling oper-mengoper dengan teamku, aku dapat melewatiya, seketika ku melihat celah yang tak terjaga di lawan, dengan mengambil ancang-ancang aku pun menendang bola itu dengan sekuat tenaga dan....... TIDAK GOL!!! ternyata seorang pemain lawan menerjang ke arah celah tersebut dan menahan bola tersebut dengan perutnya sehingga dia terlihat seperti orang yang sedang terkena sakit perut yang parah.
Kini giliran lawan yang memiliki bola, aku tidak mengejar bola tersebut, aku hanya berenang ke sisi bagian atas bola air raksasa dan menunggu teman-temanku mendapat bola dan mengopernya kepada ku. para supporter yang melihat pun menggila dan berteriak tidak karuan, dan tak lama berselang mereka memperoleh bolanya dan langsung saja ditendang sekuat tenaga kearahku. akupun berenang berenang dan melompat menembus bola air raksasa dan bersiap menendang salto bola tersebut. Namun tak kuselesaikan ketika melihat sesuatu yag sangat besar....... sebuah TSUNAMI yang sangat besar datang menerjang. segera saja ku berusaha meraih pegangan agar tak jatuh namun tanganku begitu licin untuk bertahan lebih lama, kulihat bola air raksasa mulai hancur ketika salah satu generatornya rusak sehingga orang-orang pun berhamburan karena panik..
tanganku tak dapat menahannya lagi......
aku akan jatuh....
akupun jatuh
dan aku hanya mengingat perkataan anak berjubah itu
"kau tak dapat memenuhi janjimu " kata anak berjubah itu
kata-kata itu terus terngiang di kepalaku dan
GUBRAAK.......
To be continued
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~~
selese juga chapter satunya
koment please!
Blitzball mirip dengan sepak bola, bedanya para pemain blitzball diperbolehkan memegang bola, cukup mirip dengan basket
Sebelum bermain, pemain harus menggunakan sebuah penutup hidung yang membuat para pemain blitzball dapat bernapas di dalam air. Cara kerjanya penutup hidung ini cukup mudah, penutup hidung ini mengambil oksigen yang ada dalam air sehingga para pemainnya dapat menghirupnya.
Ngomong-ngomong aku sudah sangat ditunggu oleh timku di stadium, jadi aku harus segera menyusul mereka. namun sepertinya aku akan lambat karena para fansku yang tak memberiku jalan, dan tak ada jalan lain selain melayani mereka
"Kiki, minta tanda tangannya dong!" pinta seorang cewek sambil menyodorkan bola blitzball
akupun memberikannya sebuah tanda tangan besar-besar di bola itu dan sesuai dugaanku, ia pun kembali berteriak kegirangan dengan berkata "aku dapat. AKU DAPAT!" kemudian dia pingsan.
Kemudian akupun melirik kearah dua cewek yang juga memegang bola blitzball. Kudekati mereka dan menyapanya.
"Hai, manis" rayuku sambil melirikan mata
merekapun tersipu, sambil pelan-pelan menyodorkan bola blitzballnya dan langsung saja ku tanda tangani.
"Ini seperti mimpi jadi kenyataan" bisiknya kepada temannya yang kelihatannya tidak mendengar temannya berbisik.
Seorang anak kecil datang mendekat sambil menyodorkan bola blitzball.
"Ki..Kiki, maukah engkau mengajariku jurus tendangan legendarismu?" pinta anak kecil itu
"tentu saja.... aku akan mengajarimu selesai pertandingan ini" kataku sambil mengacungkan jempol dan senyum menawanku.
"Be..benarkah? janji ya" kata anak itu dengan mata berbinar-binar
"yup, jan-" kataku terhenti ketika seorang anak berjubah yang memotong pembicaraanku.
"kau takkan bisa menepati janjimu" katanya dengan tegas.
"Ka..kalo gitu aku akan menepatinya besok" ucapku sambil terbata-bata.
Aku sempat kaget dengan kehadiran anak berjubah itu, aku tak melihat arah dia datang dan aku merasa bulu kudukku merinding.
Ya udah lah, sekarang aku sudah dapat melanjutkan perjalananku menuju stadium blitzball.
Sementara itu, seorang lelaki tegap dengan pakaian berwarna merah ala samurai berdiri di puncak gedung yang menjulang. Tak berapa lama kemudian ia tersenyum dan memandang ke arah laut sambil menyodorkan kendi tempat airnya sambil bergumam tidak jelas. tak berapa kemudian air laut naik.
Beberapa lama kemudian di ruang tunggu....
Aku masih duduk dan berdiam diri di kursi tunggu ku, sambil merapatkan penutp hidungku, akupun langsung meloncat salto dan masuk kedalam bola air raksasa. selang beberapa waktu kemudian, pertandinganpun dimulai. dengan sekali loncatan, aku langsung merebut bola dan langsung menggiringnya menuju gawang lawan, beberapa pemain lawan mencoba menghalangi namun di dengan kerja sama dan saling oper-mengoper dengan teamku, aku dapat melewatiya, seketika ku melihat celah yang tak terjaga di lawan, dengan mengambil ancang-ancang aku pun menendang bola itu dengan sekuat tenaga dan....... TIDAK GOL!!! ternyata seorang pemain lawan menerjang ke arah celah tersebut dan menahan bola tersebut dengan perutnya sehingga dia terlihat seperti orang yang sedang terkena sakit perut yang parah.
Kini giliran lawan yang memiliki bola, aku tidak mengejar bola tersebut, aku hanya berenang ke sisi bagian atas bola air raksasa dan menunggu teman-temanku mendapat bola dan mengopernya kepada ku. para supporter yang melihat pun menggila dan berteriak tidak karuan, dan tak lama berselang mereka memperoleh bolanya dan langsung saja ditendang sekuat tenaga kearahku. akupun berenang berenang dan melompat menembus bola air raksasa dan bersiap menendang salto bola tersebut. Namun tak kuselesaikan ketika melihat sesuatu yag sangat besar....... sebuah TSUNAMI yang sangat besar datang menerjang. segera saja ku berusaha meraih pegangan agar tak jatuh namun tanganku begitu licin untuk bertahan lebih lama, kulihat bola air raksasa mulai hancur ketika salah satu generatornya rusak sehingga orang-orang pun berhamburan karena panik..
tanganku tak dapat menahannya lagi......
aku akan jatuh....
akupun jatuh
dan aku hanya mengingat perkataan anak berjubah itu
"kau tak dapat memenuhi janjimu " kata anak berjubah itu
kata-kata itu terus terngiang di kepalaku dan
GUBRAAK.......
To be continued
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
selese juga chapter satunya
koment please!
0 Response for the "Final Fantasy X - Chapter I (Can't Promise)"
Post a Comment