• Welcome Message

SOSIOLOGI: INTERAKSI SOSIAL

Posted by kikitondo On 11:00 AM 0 comments

Pengertian Interaksi social

Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbale balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.

Dalam kamus Bahasa Indonesia Innteraksi didifinisikan sebagai hal saling melalkukan akasi , berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian interaksi adalah hubungan timbale balik (social) berupa aksi salaing mempengaruhi antara indeividu dengan individu, antara individu dankelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok.

Gillin mengartikan bahwa interaksi social sebagai hubungan-hubungan social dimana yang menyangkut hubungan antarandividu , individu dan kelompok antau antar kelompok. Menurut Charles P. loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. jumlah pelakunya dua orang atau lebih
2. adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbul atau lambing-lambang
3. adanya suatu demensi waktu yang meliputi ,asa lalu, masa kini, dan masa yang akan dating .
4. adanya tujuan yang hendak dicapai.

Jembatan Teluk Palu

Posted by kikitondo On 10:53 AM 0 comments

Jembatan Teluk

Foto oleh Leonardus Tonny

Selain obyek wisata alamnya yang sudah terkenal seperti Teluk Palu, kini Kota Palu memiliki obyek wisata baru, yaitu Jembatan Teluk Palu (Jembatan Palu IV). Jembatan Palu IV merupakan sebuah jembatan yang terletak di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Jembatan ini diresmikan pada Mei 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jembatan ini membentang di atas Teluk Talise ini berada di kelurahan Besusu dan Lere, yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat. Jembatan kuning ini merupakan jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia setelah Jepang dan Perancis.

Sejak tanggal peresmian tersebut, masyarakat Palu dan sekitarnya selalu ingin melihat jembatan sepanjang 300 meter itu sekaligus menikmati tenggelamnya mentari.

Tenggelamnya matahari terlihat lebih jelas dan mempesona dari atas jembatan. Apalagi, saat sinar matahari yang berwarna jingga kekuningan memantul ke permukaan Teluk Palu, keindahan semakin nyata. Air Teluk Palu pun berubah warna mengikuti warna sang Surya yang mulai sirna ditelan pegunungan Gawalise.

Jembatan Teluk

Foto oleh Leonardus Tonny

Ratusan pengunjung selalu mengikuti ritual tenggelamnya matahari tersebut setiap hari. Panorama matahari tenggelam tersebut juga tak kalah menariknya pada saat matahari terbit. Pada Sabtu dan Minggu banyak pengunjuang dari Kabupaten Donggala, tetangga Kota Palu yang berjarak sekitar 40 kilometer ke selatan. Mereka berbondong menggunakan mobil pick up untuk melihat secara langsung jembatan yang menelan biaya Rp57 miliar itu. Mulai dari jarak sekitar 10 kilometer, keindahan jembatan dengan dua rangka lengkung kuningnya itu sudah dapat terlihat.

Pengunjung dapat menikmati pemandangan dari tempat kosong di kedua sisi jembatan yang memang difungsikan sebagai tempat untuk menikmati panorama.

Areal seluas 10 x 2 meter tersebut terasa sangat memanjakan pengunjung. Dari Utara jembatan, pengunjung dapat menikmati pegunungan yang mengelilingi Teluk Palu. Jika pengunjung memalingkan pandangannya ke arah Barat, maka keindahan Teluk Palu menjadi sajian mata. Ratusan perahu sepanjang tiga meter dengan layar selebar dua meter memadati teluk.

Dari Selatan jembatan, pengunjung dapat melihat hiruk pikuk kehidupan pedagang di pinggiran Teluk Palu. Ratusan pedagang menyajikan berbagai makanan ringan, seperti roti bakar, jagung bakar atau pisang bakar. Banyak pengunjung menikmati makanan ringan seusai memanjakan matanya dari atas jembatan yang menghubungkan Palu Barat dan Palu Timur itu.

Sedangkan dari arah Timur, Sungai Palu yang panjang dan meliuk-liuk menjadi pemandangan tersendiri. Puluhan perahu nelayan bersandar di kedua sisi sungai selebar 100 meter itu.

Jembatan Teluk

Foto oleh Leonardus Tonny

Seusai menikmati tenggelamnya matahari di Barat, sebagian pengunjung seolah terpaku di jembatan. Puluhan lampu berdaya ratusan Watt satu per satu mulai menyala menerangi jembatan. Jembatan tersebut nampak seperti emas berkilauan dari kejauhan karena rangka besi kuningnya tersorot lampu.

Ratusan lampu penerang jalan yang berjejer rapi dengan interval satu meter terpasang di ke dua sisi jembatan. Cahaya putih lampu tersebut juga menerangi trotoar yang membentang di kedua sisi jembatan. Lampu-lampu tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Ketika pengunjung melewati jembatan, mereka pun mengurangi kecepatan laju kendaraannya menjadi 5-10 km/jam, hanya untuk menikmati keindahan jembatan dari dekat.

Jembatan yang rangkanya berbentuk seperti dua buah gunung berdampingan itu merupakan jembatan termegah yang ada di Sulteng saat ini. Proses pembangunannya yang memakan waktu tiga tahun itu kini menjadi obyek wisata baru di Kota Palu.

(Leonardus Tonny/FJ/BD)

Kota Palu awalnya adalah kota kecil yang menjadi pusat kerajaan Palu. Setelah penjajahan Belanda maka kerajaan ini merupakan bagian dari wilayah kekuasaan, Onder Afdeling Palu. Onder Afdeling Palu membawahi 3 Landschap yakni :

A. Landschap Palu yang terdiri dari :

  1. Distrik Palu Timur
  2. Distrik Palu Tengah
  3. Distrik Palu Barat

B.    Landschap Kulawi
C.    Landschap Sigi Dolo

Pada saat Perang Dunia II sekitar tahun 1942 Kota Donggala sebagai ibukota Afdeling Donggala dihancurkan baik oleh pasukan Sekutu maupun Jepang  sehingga pusat pemerintahan dialihkan ke Palu sekitar tahun 1950, yang  berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 1950 menjadi wilayah daerah  Sulawesi Tengah dan berkedudukan di Poso, sedangkan Kota Palu hanya  merupakan tempat kedudukan Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat  Wedana. Lebih jauh Kota Palu berkembang setelah dibentuknya Residen  Koordinator Sulawesi Tengah Tahun 1957 membuat status Kota Palu menjadi Ibukota Karesidenan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1964 dengan terbentuknya Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, telah memberi arti dan peran yang lebih baik bagi Kota Palu karena menjadi Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah.
Dengan semakin besarnya peran kota ini dalam bidang pemerintahan dan pembangunan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978 maka Kota Palu di tetapkan menjadi Kota Administratif.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 telah dibentuk Kotamadya Daerah Tingkat II Palu yang mempunyai Wilayah meliputi :
  1. Kota Administratif Palu
  2. Sebagian wilayah Kecamatan Tavaili

Secara administratif Wilayah Kota Palu terdiri dari :
  • Kecamatan Palu Utara
  • Kecamatan Palu Timur
  • Kecamatan Palu Barat
  • Kecamatan Palu Selatan